Jumat, 24 September 2010

Subnetting dan VLSM (bagian 1)

Subnetting dan VLSM merupakan cara yang digunakan untuk membuat penghematan IP Address di dunia Internet. Selain cara ini, ada juga cara lain seperti NAT atau Network Address Translation. Teknologi Subnetting dan VLSM ini sebenarnya adalah pemecahan sebuah network menjadi sub-sub network.

Kenapa Subnetting dan VLSM? Karena kedua hal ini serupa tapi tak sama. Keduanya sama-sama memecah sebuah network menjadi subnetwork baru. Hanya saja pada VLSM subnetwork itu bisa dipecah lagi ke dalam sub subnetwork. Makanya VLSM sendiri merupakan singkatan dari Variable Length Subnet Mask.

Sebelum masuk ke bagian subnetting dan VLSM, bagusnya sedikit flashback mengenai IP Address dan Subnet Mask (ada juga referensi yang hanya menulis netmask saja). Dalam dunia komunikasi komputer, setiap perangkat jika ingin bisa mengirim atau menerima paket harus memiliki alamat. Ibarat kita mengirimkan surat, sudah pasti kita akan membubuhkan alamat tujuan dan juga alamat kita sebagai pengirim.

IP address menurut buku karangan Todd Lammle merupakan alamat software dan bukan alamat hardware. Dengan IP address dimungkinkan untuk dua buah komputer berkomunikasi baik secara lokal maupun antar jaringan yang berbeda tanpa memperdulikan tipe dari LAN yang digunakan.
IP address yang umum digunakan saat ini adalah IP address versi 4, walaupun di beberapa tempat telah melakukan perubahan ke IP address versi 6. Namun, dalam posting-an kali ini dibahas IP address versi 4.

Untuk memulai melakukan subnetting, aku ingin memberitahukan keberadaan porsi network dan porsi host kepada Syedara yang belum tau dalam sebuah subnet mask. Tentu Syedara pernah liat pola angka seperti ini 255.255.255.0 bukan? Kalo belum, bagi pengguna Windows coba buka command prompt trus ketik ipconfig. Kalo linuxer buka terminal dan ketik ifconfig. Ntar bakal keliatan tuh pola macem itu. Kalo dikantor, warnet ato bagi pengguna modem 3g, mungkin angkanya sedikit berbeda, tapi tetap sama saja. Artinya sama-sama subnet mask.

255.255.255.0 itu merupakan bentuk desimal dari subnet mask. Jika, angka desimal itu diubah ke bit maka --> "11111111.11111111.11111111.00000000". Porsi network yang aku maksud adalah keselurahan bit 1, sedangkan porsi host adalah keseluruhan bit 0. Jika kemudian ditanya ada berapa banyak network yang bisa dibangun dengan subnet mask tersebut, maka tinggal hajar saja dengan rumus 2^(jumlah bit 1). Karena kasus di atas adalah merupakan subnet mask kelas C maka rumusnya agak sedikit berubah, yaitu 2^(jumlah bit 1 - 3). Jadi, bukan 24 melainkan 21. Tetapi dalam perhitungan subnetting ke depan, rumus pertama yang akan digunakan.

Jika kemudian ditanya berapa banyak alamat IP yang valid dalam sebuah jaringan, maka tinggal hajar saja dengan rumus [2^(jumlah bit 0)] - 2. Kenapa harus dikurang 2? Karena dalam sebuah network terdapat dua alamat khusus yaitu, alamat network dan alamat broadcast.

Untuk lebih memudahkan langsung saja ke contoh kasus. Misalkan ada sebuah alamat network 172.17.0.0 dengan subnet mask 255.255.0.0, ingin dibagi menjadi 10 subnetwork. Dikarenakan ingin dipecah menjadi 10 subnetwork maka kita harus mencari 2^(berapa?) yang hasilnya sama dengan atau lebih besar dari 10. Jawabannya adalah 4, karena 2^4 = 16.

Sehingga cukup ditambah 4 buah bit 1 pada subnet mask 255.255.0.0. Biar gampang dipahami bisa dikonversi terlebih dahulu ke dalam bit. Awalnya "11111111.11111111.00000000.00000000", kemudian setelah ditambahkan 4 bit menjadi "11111111.11111111.11110000.00000000". Jika didesimalkan menjadi 255.255.240.0.

Maka sebuah alamat jaringan 172.17.0.0 telah dipecah menjadi sebanyak 16 alamat subnetwork, yaitu :
172.17.0.0
172.17.16.0
172.17.32.0
172.17.64.0
172.17.96.0-240
dst..
Untuk rentang dari masing-masing subnet didapat dari rumus 256-(oktet subnet mask baru). Karena dalam kasus ini oktet subnet mask baru adalah 240, maka 256-240=16. Kemudian berapa banyak host atau IP yang valid dalam sebuah subnetwork? Maka dapat menggunakan kembali rumus [2^(jumlah bit 0)] - 2. Maka, [2^12]-2 = 4094 alamat host/alamat IP yang valid. Sekedar catatan subnetwork 172.17.0.0 juga disebut sebagai IP Subnet Zero.

Jika kemudian ditemukan kasus subnetting dengan rancangan berorientasi ke host yang dapat didukung dalam satu subnetwork. Maka kita harus fokus pada bit 0 bukan bit 1 seperti kasus di atas. Misalkan saja sebuah alamat 172.20.0.0 dengan subnet mask 255.255.0.0 ingin dipecah sebanyak mungkin sehingga satu subnetwork mampu menampung setidaknya 16 buah host.

Disini kita harus menambahkan sejumlah bit 1 pada subnet mask sedemikian rupa sampai meninggalkan sejumlah bit yang menampung 16 host. Rumus yang digunakan adalah [2^(jumlah bit 0)] - 2. Memang 2^4 adalah perkara yang sangat pas, namun karena harus dikurangkan 2 maka hal itu tidak mungkin. Jumlah bit 0 yang mungkin adalah 5.

Perhitungan bit 0 ini harus dihitung dari bit 0 paling kanan di oktet terakhir. Perhatikan lagi konversi bit untuk subnet mask 255.255.0.0 di atas. Bit 0 yang dihitung bukan pada 0 terakhir di oktet ketiga, tetapi bit 0 terakhir di oktet keempat. Sehingga pola bitnya adalah "11111111.11111111.11111111.11100000" dan bukan "11111111.11111111.11100000.00000000". Maka, nilai desimalnya menjadi 255.255.255.224 dengan jumlah alamat IP yang valid sebanyak 30 buah.

Lalu berapa banyak subnetwork yang tercipta, tetap gunakan rumus 2^(jumlah bit 1). Namun bit 1 disini bukan semua bit 1, tetapi hanya bit satu yang ditambahkan, yaitu sebanyak 11 bit. Sehingga kasus kedua menghasilkan 2^11 = 2048 subnetwork, yaitu :
172.20.0.0
172.20.0.32
172.20.0.64
172.20.0.96
172.20.0.128
dst,,,
Proses subnetting memang membutuhkan perencanaan yang matang, karena harus diperkirakan berapa banyak subnetwork yang harus dibuat dan berapa banyak komputer yang akan ditampung dalam sebuah subnetwork.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar